(image from google)
Teknologi informasi di Indonesia cukup cepat sekali
berkembang. Selama dalam kurun waktu 1 dekade terakhir, kita dapat merasakan
perbedaan yang sangat signifikan dalam aspek teknologi informasi. Perkembangan
teknologi di era globalisasi saat ini menimbulkan sebuah istilah ‘gaya hidup
digital’. Gaya hidup digital (digital
lifestyle) adalah istilah yang seringkali digunakan (salah satunya oleh
Bill Gates) untuk menggambarkan gaya hidup modern yang sarat dengan teknologi
informasi. Teknologi informasi di sini berperan mengefisienkan segala sesuatu
yang kita lakukan dengan satu tujuan; mencapai produktivitas maksimum. Secara
nyata, saat ini teknologi informasi memang berperan besar dalam meningkatkan
efisiensi terutama dalam segi waktu dan tenaga, dan berangkat dari gaya hidup
tersebut, kita mengenal istilah “gadget”.
Gadget (Bahasa
Indonesia: acang; gawai) adalah suatu istilah yang berasal dari bahasa
Inggris untuk merujuk pada suatu peranti atau instrumen yang memiliki tujuan
dan fungsi praktis spesifik yang berguna yang umumnya diberikan terhadap
sesuatu yang baru. Gadget dianggap dirancang secara berbeda dan lebih canggih
dibandingkan teknologi normal yang ada pada saat penciptaannya. [wikipedia red-]
Nama gadget sendiri sebenarnya
berasal dari lelucon. Di abad 19, bukti anekdot dari asal mula penggunaan
istilah gadget terdapat di Kamus Inggris Oxford.
Istilah gadget ini digunakan sebagai istilah pengganti untuk
menyebutkan sebuah benda yang digunakan oleh seseorang dengan daya ingat rendah
dan peristiwa ini terjadi pada 1850-an.
Secara etimologi, kata gadget ini
artinya adalah sengketa. Menurut cerita, asal usul nama gadget juga
diciptakan ketika tiga orang sedang melakukan sebuah pembangunan besar. Mereka
adalah Gaget, Gauthier, dan Cie. Masih menurut cerita, pembangunan besar yang
mereka lakukan adalah pembangunan patung Liberty pada 1886.
Versi lain kemudian banyak bermunculan. Cerita lain
mengenai asal usul kata gadget datang dari peristiwa Perang
Dunia I. Gadget digunakan dalam bahasa kemiliteran terutama
bagi angkatan laut. Kata gadget sering muncul dalam buku
yang ditulis oleh Vivian Drake berjudul “Above
the Battle” yang diterbitkan pada 1918. Dalam buku itu tertulis sebuah
kutipan seperti ini “Our ennui was occasionally relieved by new gadgets.
Gadget is the Flyng slang for invention! Some gadgets were good, some comic and
some extraordinary”. Pada saat itu, istilah gadget berkonotasi
sebuah kekompakan dan mobilitas.
Hingga 1956, istilah gadget terus
diperbincangkan. Sebuah esai berjudul “The
Great Gizmo” yang ditulis oleh seorang kritikus arsitektur bernama Reyner
Banham, mendefinisikan istilah gadget sebagai benda dengan
karakteristik unik, memiliki sebuah unit dengan kinerja yang tinggi dan
berhubungan dengan ukuran serta biaya. Fungsi gadget itu
sendiri adalah untuk mengubah sesuatu menjadi hal yang dibutuhkan oleh manusia.
Masih menurut esai tersebut, gadget hanya bisa digunakan
oleh mereka dengan kemampuan instalansi dan penggunaan yang handal.
Hingga saat ini, trend
gadget di Indonesia masih akan terus berkembang dengan pesat. Salah satu contoh
gadget yang sangat akrab dengan kehidupan sehari-hari adalah handphone (telepon genggam). Pesatnya perkembangan handphone sangat jelas terlihat.
Penemuan baru selalu menyuguhkan daftar spesfikasi yang dihadirkan untuk
melengkapi handphone tersebut. Teknologi canggih yang diterapkan pada handphone
sekarang ini antara lain pemutar musik, kamera, pemutar video, jaringan
internet, peta digital, dan lain sebagainya. Seiring perkembangannya, handphone kini mulai bertransformasi
menjadi smartphone (telepon pintar). Sesuai
dengan namanya, dalam penggunaannya, smartphone
nyaris menggantikan peranan komputer (laptop dan PC).
Dengan adanya gadget yang semakin hari semakin
canggih, tentu memberikan banyak manfaat yang mempermudah pekerjaan. Apalagi
dengan ukurannya yang terbilang kecil, gadget mudah dibawa kapanpun
dan dimanapun. Hal inilah yang membuat gadget seolah-olah menjadi
sebuah barang yang tidak bisa terpisahkan dari aktivitas manusia. Dengan
bantuan gadget, semua orang dapat mengakses secara real-time informasi terkini yang terjadi di belahan dunia manapun
dan tidak ada batasan sama sekali (borderless).
Namun kemajuan teknologi informasi tidak selalu membawa
dampak positif, tetapi bisa juga berdampak negatif. Dampak ini akan terasa,
baik pada diri sendiri maupun lingkungannya. Secara tidak sadar, saat ini
manusia sudah mengalami ketergantungan menggunakan gadget.
Ketergantungan inilah yang menjadi salah satu dampak negatif kehadiran gadget.
Contohnya, dalam penggunaan handphone
atau smartphone. Sehari saja tidak menggunakan handphone pasti
ada rasa yang mengganjal. Selain itu, variasi gadget yang
bermacam-macam, terkadang juga menimbulkan rasa minder dan iri. Hal ini
mengakibatkan adanya kelompok atau geng berdasarkan gadget yang
dimiliki. Mulai dari anak kecil sampai orang dewasa bisa memiliki handphone.
Ya, mungkin dengan adanya handphone dengan fasilitas canggih,
anak-anak bisa mendapatkan informasi lebih terkait pelajaran. Namun yang jadi
masalahnya, jika kecanggihan teknologi tersebut digunakannya untuk mengakses
hal negatif, seperti pornografi.
Pesatnya perkembangan teknologi informasi bila tidak
disikapi secara hati-hati akan berdampak serius bagi budaya bangsa, kata dekan
sekolah pascasarjana (SPs) Institut pertanian Bogor (IPB), Khairil Anwar
Notodiputro.
Seperti dilansir dari harian ANTARA, Khairil Anwar
Notodiputro mengingatkan perkembangan teknologi informasi harus dilihat dari
perspektif kepentingan bangsa. Perkembangan teknologi informasi jangan sampai
menggerus budaya bangsa yang akan berimplikasi pada semakin lunturnya jati diri
bangsa di mata dunia.
“TI berpotensi besar menggerus budaya bangsa. Kita
harus melakukan sesuatu agar perkembangan TI tidak membawa dampak negatif bagi
kebudayaan nasional,” papar Khairil.
Menurutnya, teknologi informasi memiliki dua dampak
sekaligus. teknologi informasi ibarat pisau bermata dua. pertama, teknologi
informasi akses informasi tanpa batas yang amat besar manfaatnya bagi
perkembangan manusia. Pasalnya teknologi informasi menawarkan berbagai
informasi terbaru mengenai pengetahuan dan kemajuan. Dengan kehadiran teknologi
informasi dunia menjadi tak bersekat dan tanpa batas. Kedua, sisi lain yang
ditimbulkan TI berupa kemungkinan hancurnya jati diri bangsa akibat agresi
informasi tanpa henti. Agresi informasi tersebut berdampak pada penggerusan
budaya bangsa.
“Saat ini kita harus melakukan sesuatu, agar manfaat TI
positif bagi kepentingan bangsa. Menolak TI merupakan langkah mundur yang tidak
mungkin dilakukan. Yang harus dipikirkan bersama bagaimana dampak negatif yang
ditimbulkan bisa terus dieleminir, sehingga kekuatiran yang muncul akan
tergerusnya budaya bangsa dapat diatasi,” paparnya.
(dat05/Bogor)
(dat05/Bogor)
Sekarang tinggal bagaimana kita menyikapi kehadiran
gadget disekitar kita yang pastinya akan terus berkembang. Skala prioritas
dalam menentukan pilihan tentunya harus diperhatikan. Jangan sampai kita
dikendalikan oleh teknologi, tetapi kita-lah yang harus mengendalikan teknologi
itu sendiri.
-Aep-
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus