Rabu, 14 Agustus 2013

Gadget





(image from google)
Teknologi informasi di Indonesia cukup cepat sekali berkembang. Selama dalam kurun waktu 1 dekade terakhir, kita dapat merasakan perbedaan yang sangat signifikan dalam aspek teknologi informasi. Perkembangan teknologi di era globalisasi saat ini menimbulkan sebuah istilah ‘gaya hidup digital’. Gaya hidup digital (digital lifestyle) adalah istilah yang seringkali digunakan (salah satunya oleh Bill Gates) untuk menggambarkan gaya hidup modern yang sarat dengan teknologi informasi. Teknologi informasi di sini berperan mengefisienkan segala sesuatu yang kita lakukan dengan satu tujuan; mencapai produktivitas maksimum. Secara nyata, saat ini teknologi informasi memang berperan besar dalam meningkatkan efisiensi terutama dalam segi waktu dan tenaga, dan berangkat dari gaya hidup tersebut, kita mengenal istilah “gadget”.

Gadget (Bahasa Indonesia: acang; gawai) adalah suatu istilah yang berasal dari bahasa Inggris untuk merujuk pada suatu peranti atau instrumen yang memiliki tujuan dan fungsi praktis spesifik yang berguna yang umumnya diberikan terhadap sesuatu yang baru. Gadget dianggap dirancang secara berbeda dan lebih canggih dibandingkan teknologi normal yang ada pada saat penciptaannya. [wikipedia red-]
Nama gadget sendiri sebenarnya berasal dari lelucon. Di abad 19, bukti anekdot dari asal mula penggunaan istilah gadget terdapat di Kamus Inggris Oxford. Istilah gadget ini digunakan sebagai istilah pengganti untuk menyebutkan sebuah benda yang digunakan oleh seseorang dengan daya ingat rendah dan peristiwa ini terjadi pada 1850-an.
Secara etimologi, kata gadget ini artinya adalah sengketa. Menurut cerita, asal usul nama gadget juga diciptakan ketika tiga orang sedang melakukan sebuah pembangunan besar. Mereka adalah Gaget, Gauthier, dan Cie. Masih menurut cerita, pembangunan besar yang mereka lakukan adalah pembangunan patung Liberty pada 1886.
Versi lain kemudian banyak bermunculan. Cerita lain mengenai asal usul kata gadget datang dari peristiwa Perang Dunia I. Gadget  digunakan dalam bahasa kemiliteran terutama bagi angkatan laut. Kata gadget sering muncul dalam buku yang ditulis oleh Vivian Drake berjudul “Above the Battle” yang diterbitkan pada 1918. Dalam buku itu tertulis sebuah kutipan seperti ini “Our ennui was occasionally relieved by new gadgets. Gadget is the Flyng slang for invention! Some gadgets were good, some comic and some extraordinary”. Pada saat itu, istilah gadget berkonotasi sebuah kekompakan dan mobilitas.
Hingga 1956, istilah gadget terus diperbincangkan. Sebuah esai berjudul “The Great Gizmo” yang ditulis oleh seorang kritikus arsitektur bernama Reyner Banham, mendefinisikan istilah gadget sebagai benda dengan karakteristik unik, memiliki sebuah unit dengan kinerja yang tinggi dan berhubungan dengan ukuran serta biaya. Fungsi gadget itu sendiri adalah untuk mengubah sesuatu menjadi hal yang dibutuhkan oleh manusia. Masih menurut esai tersebut, gadget hanya bisa digunakan oleh mereka dengan kemampuan instalansi dan penggunaan yang handal.
Hingga saat ini, trend gadget di Indonesia masih akan terus berkembang dengan pesat. Salah satu contoh gadget yang sangat akrab dengan kehidupan sehari-hari adalah handphone (telepon genggam). Pesatnya perkembangan handphone sangat jelas terlihat. Penemuan baru selalu menyuguhkan daftar spesfikasi yang dihadirkan untuk melengkapi handphone tersebut. Teknologi canggih yang diterapkan pada handphone sekarang ini antara lain pemutar musik, kamera, pemutar video, jaringan internet, peta digital, dan lain sebagainya. Seiring perkembangannya, handphone kini mulai bertransformasi menjadi smartphone (telepon pintar). Sesuai dengan namanya, dalam penggunaannya, smartphone nyaris menggantikan peranan komputer (laptop dan PC).
Dengan adanya gadget yang semakin hari semakin canggih, tentu memberikan banyak manfaat yang mempermudah pekerjaan. Apalagi dengan ukurannya yang terbilang kecil, gadget mudah dibawa kapanpun dan dimanapun. Hal inilah yang membuat gadget seolah-olah menjadi sebuah barang yang tidak bisa terpisahkan dari aktivitas manusia. Dengan bantuan gadget, semua orang dapat mengakses secara real-time informasi terkini yang terjadi di belahan dunia manapun dan tidak ada batasan sama sekali (borderless).
Namun kemajuan teknologi informasi tidak selalu membawa dampak positif, tetapi bisa juga berdampak negatif. Dampak ini akan terasa, baik pada diri sendiri maupun lingkungannya. Secara tidak sadar, saat ini manusia sudah mengalami ketergantungan menggunakan gadget. Ketergantungan inilah yang menjadi salah satu dampak negatif kehadiran gadget. Contohnya,  dalam penggunaan handphone atau smartphone. Sehari saja tidak menggunakan handphone pasti ada rasa yang mengganjal. Selain itu, variasi gadget yang bermacam-macam, terkadang juga menimbulkan rasa minder dan iri. Hal ini mengakibatkan adanya kelompok atau geng berdasarkan gadget yang dimiliki. Mulai dari anak kecil sampai orang dewasa bisa memiliki handphone. Ya, mungkin dengan adanya handphone dengan fasilitas canggih, anak-anak bisa mendapatkan informasi lebih terkait pelajaran. Namun yang jadi masalahnya, jika kecanggihan teknologi tersebut digunakannya untuk mengakses hal negatif, seperti pornografi.
Pesatnya perkembangan teknologi informasi bila tidak disikapi secara hati-hati akan berdampak serius bagi budaya bangsa, kata dekan sekolah pascasarjana (SPs) Institut pertanian Bogor (IPB), Khairil Anwar Notodiputro.
Seperti dilansir dari harian ANTARA, Khairil Anwar Notodiputro mengingatkan perkembangan teknologi informasi harus dilihat dari perspektif kepentingan bangsa. Perkembangan teknologi informasi jangan sampai menggerus budaya bangsa yang akan berimplikasi pada semakin lunturnya jati diri bangsa di mata dunia.
“TI berpotensi besar menggerus budaya bangsa. Kita harus melakukan sesuatu agar perkembangan TI tidak membawa dampak negatif bagi kebudayaan nasional,” papar Khairil.
Menurutnya, teknologi informasi memiliki dua dampak sekaligus. teknologi informasi ibarat pisau bermata dua. pertama, teknologi informasi akses informasi tanpa batas yang amat besar manfaatnya bagi perkembangan manusia. Pasalnya teknologi informasi menawarkan berbagai informasi terbaru mengenai pengetahuan dan kemajuan. Dengan kehadiran teknologi informasi dunia menjadi tak bersekat dan tanpa batas. Kedua, sisi lain yang ditimbulkan TI berupa kemungkinan hancurnya jati diri bangsa akibat agresi informasi tanpa henti. Agresi informasi tersebut berdampak pada penggerusan budaya bangsa.
“Saat ini kita harus melakukan sesuatu, agar manfaat TI positif bagi kepentingan bangsa. Menolak TI merupakan langkah mundur yang tidak mungkin dilakukan. Yang harus dipikirkan bersama bagaimana dampak negatif yang ditimbulkan bisa terus dieleminir, sehingga kekuatiran yang muncul akan tergerusnya budaya bangsa dapat diatasi,” paparnya.
(dat05/Bogor)
Sekarang tinggal bagaimana kita menyikapi kehadiran gadget disekitar kita yang pastinya akan terus berkembang. Skala prioritas dalam menentukan pilihan tentunya harus diperhatikan. Jangan sampai kita dikendalikan oleh teknologi, tetapi kita-lah yang harus mengendalikan teknologi itu sendiri.

-Aep-

1 komentar:

Comment yach...