Kamis, 17 Maret 2011

Aku Jatuh Cinta

"Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya".

Seorang Ibu berkisah tentang dirinya. "Saat ini adalah saat yang paling berat dalam hidupku secara ekonomis. Dahulu ketika masih muda, keluargaku memiliki sebuah perusahaan. Aku dilatih untuk bertindak penuh prinsipiil terhadap para karyawanku. Kami tak pernah merasa cemas atau berpikir banyak tentang uang. Hidup seakan tanpa kekuatiran". Sang ibu berhenti sejenak meneguk kopi yang ada di depannya. Ia memandang sekitar, kursi yang mengisi coffee shop ini diduduki oleh kebanyakan kaum remaja.



Sang ibu nampak menerawang sejenak mengenangkan kehidupannya di masa lampau"Dahulu tatkala kebosanan meliputi diriku, aku pasti berada di coffee shop seperti ini hampir sepanjang hari menikmati kopi sambil membaca buku dan mendengarkan alunan lagu-lagu merdu yang disuguhkan. Namun kini semuanya tinggal kenangan. Sejak perusahaan kami ambruk hidup ternyata tak seindah yang pernah kami alami".

"Suatu senja ketika pulang ke rumah aku mendapati rumahku seakan hitam dan kelam. Pada hal ini tetap rumah yang sama beberapa tahun silam ketika keindahan dan kebahagiaan mewarnai rumah ini. Dalam situasi tertekan seperti ini aku berdoa sambil mencucurkan air mata memohon agar Yesus membuka jalan bagiku. Aku tak memohon agar aku dibebaskan dari penderitaan ini, tetapi agar aku menemukan kekuatan menerima situasiku".

"Hari berikut aku menemukan keheningan yang amat mendalam setelah menyerahkan situasi hidupku ke dalam tanganNya. Aku lalu membeli sebuah organ kecil dan setiap hari walaupun organ yang dipermainkan jari-jemariku tak seberapa nyaring dan indah, namun aku dengan penuh kegembiraan menyanyikan laguku sendiri. Tetanggaku bertanya, apakah aku kini sedang jatuh cinta? Mereka bertanya apakah orang tersebut adalah perjaka yang kaya dengan masa depan yang pasti. Aku menjawab bahwa aku kini sungguh jatuh cinta. Dan Ia yang aku cintai tak hanya merupakan seorang yang kaya, tetapi bahwa Ia memiliki seluruh alam raya. Ialah Tuhanku, Ialah Yesusku".

Sang ibu lalu diam meneguk kopi yang kini mungkin telah berubah dingin. Dari pancaran wajahnya dapat diketahui bahwa sang ibu tersebut telah menemukan apa yang terbaik dalam hidupnya. Setelah mendengarkan kisahnya, aku teringat doa St. Agustinus; "Bagai rusa merindukan air sungai, demikian jiwaku rindu akan Dikau ya Tuhan" Setiap kita di lubuk hati terdalam merindukan Dia sang empunya alam raya ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Comment yach...